Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Sembunyi

Jika orang berkata tentang langkah Ia mulai mundur Jika orang bersuara tentang nada Ia berdengung lirih Jika orang berpaling dari yang baik Ia tak pernah menampik Untuk satu hal yang lain Hatinya lelah Yang ia mau Hanya sembunyi Dibalik rimba dan mendung Yang kadang bijak, kadang pula meranggas Djakarta, 9 Desember 2016. 17:12

Angan yang Bertahan

Lirih desir ombak kudengar Menyapu debu dan kisah terindah Merangkul setiap jengkal jejak langkah Hanya angan sendiri yang tak sadar Bahwa alam mulai menunjukkan nalurinya Dari seberang  sana jingga mulai nyata Tersulut gairah ingin lepas dari cakrawala Akhirnya mataku bisa merasakannya Mulai berlari-lari bersama imajinasi Rasa lelah melihat senja Rasa nyenyak menatap asa Coba menyapa sajak demi sajak Hingga terangkai makna dan cerita Ada yang bersuara, ada yang pergi begitu saja Namun kubiarkan pagi bersenandung Karena kutahu hanya sang embun yang mampu mengerti Seberapa lekat angan kita bertahan Seberapa bahagia hari dan kenangan berjalan beriringan Jika yang tersisa hanya mimpi dan kepergian

Biru

Biru Putih Abu Jingga Merah Rupa Kuning Perak Senada Biru Atap Dahan Merah Hingga Nyala Nila Biru Rupa Hangat Putih Senja Danau Indah Hijau Titik Koma Tinta Biru Saja Aku Lupa

Ini bukan panggungmu

Normal normal saja dia berjalan Tak ada yang istimewa, tak ada yang menarik Saat matanya mulai melihat keliling, kau baru sadar Dia memesonamu Dia mengerlingkan matanya padamu Dengan tenang ia melangkah sambil bersenandung kecil Kau lantas bertanya, “Mana kostummu ?” Dia jawab, “Tidak ada.” Kau berbicara lagi, tapi tidak keras. “Seenaknya saja bicara. Aku sudah memberikannya padamu.” Dia hanya mengangkat alis, tetap bersenandung, tapi agak nyaring. Yang terdengar olehmu hanyalah “Terima kasih” Yang sebenarnya dia katakan adalah “Sayang, ini dramaku, bukan panggungmu”

Kayu Manis

Gadis bersendu di sana Sedang menunggu suara angin Perhatiannya teralih ke sini Karena perasannya terlalu ringkih Hatinya terlalu sederhana Ucapnya terlalu ragu Jangan suka menggila kamu Jangan suka beradu cerita Yang sudah biarkan berlalu Yang jauh biarkan pergi Sesudah itu kau tak tahu malu Seenaknya beralih ke kayu manis yang menunggu selamanya Sambil mengharap pengabaian yang tak berujung Ketika malam sudah terasa berat Inilah akhirnya Terang sendiri, wangi sendiri

Ada yang Salah dari Kota Ini

Diam dia sekarang Tak kehabisan akal agar bisa berbicara dengan hatinya Satu per satu benda yang dibencinya mulai bergerak di atas kepalanya Dia terlihat bodoh di mata orang-orang itu Tapi begitulah dia, akan selalu terlihat bodoh Sampai kapanpun dia akan tetap diam di tempat ini Pembicaraan dengan hatinya pun berakhir pada suatu kesimpulan Kota ini kejam. Sangat kejam. Hingga detik ini, yang ditunggunya tak kunjung tampak Dia mulai lelah, tapi dia tetap tak bergeming Sudah dua tahun kamu tak menjamah hatinya Dia sendiri yang merawat hatinya, mencoba berdamai dengan satu hal Pesawat yang membawamu kembali ke kota ini akan tiba sebentar lagi Sia-sia.. Kamu tak mau kembali Ada yang salah dari kota ini, sayang. Atau memang ada yang salah dari hatimu. Hati kita ? Depok, 20 April. 5:55 WIB